Seeking Justice (2011) Review

11/02/2011 10:45:00 PM





Apakah Seeking Justice hanyalah film aksi kelas B yang mudah dilupakan atau justru berhasil mengangkat kebintangan Nicholas Cage? Let's Find out.





Nicholas Cage mungkin adalah salah satu bintang aksi era 80-90an yang masih sangat aktif di dunia perfilman. Terhitung tahun ini ia telah membintangi film Season of the Witch, Drive Angry, Trespass, dan  yang terbaru adalah Seeking Justice. Jujur, sebelum film ini midnight di bioskop tanah air minggu lalu, saya belum pernah mendengar tentang film ini (mungkin hanya sekilas asal baca dan lihat posternya saja).  Bahkan filmnya sendiri belum rilis di America karena bukan produksi Hollywood. Meski demikian, keterlibatan Nicholas Cage, Guy Pearce (Memento), dan January Jones (X-Men First Class, Unknown) dalam film ini berhasil mendorong saya untuk menyaksikannya di bioskop. Apalagi Seeking Justice disutradarai oleh Roger Donaldson, pria di balik film The Bank Job, salah satu film Jason Statham yang terbaik (no pun intended) cukup membuat saya optimis bahwa film ini tidak akan mengecewakan. And... boy, this movie is so damn good!

Will Gerard (Nicholas Cage) dan Laura Gerard (January Jones) adalah sepasang suami istri yang bahagia dan kehidupannya sangat normal. Hingga suatu hari, Laura dirampok dan diperkosa oleh seorang preman di jalanan yang gelap nan sepi. Meski istrinya berhasil lolos dari maut, Will masih shock dan frustasi bukan main. Malam harinya, Will dikunjungi oleh pria misterius yang bernama Simon (Guy Pearce) yang menawarkan sebuah 'jasa' gratis untuk membunuh perampok istrinya. Dengan suasana hati yang galau luar biasa, Will langsung mengiyakan tawaran Simon. Tak disangka, esoknya muncul berita bahwa pelaku perampokan tersebut tewas bunuh diri. Terkejut bukan main, Will menjadi paranoid karena ternyata Simon tidak melepaskannya begitu saja melainkan menuntut imbalan yang tak terduga. Siapakah Simon sebenarnya?

Sebelum Will bertemu dengan Simon, rasa optimis saya terhadap film ini sempat anjlok. Bagaimana tidak, plotnya sudah terlihat jelas : Will adalah orang baik - baik saja yang kemudian menuntut balas atas istrinya; atau plot mengenai perjuangan seorang suami untuk menuntut keadilan hukum atas kejadian yang menimpa istrinya atau ternyata si perampok berhubungan dengan adegan di prologue. Dan setelah Will bertemu dengan Simon, semua tebakan saya salah total. Plot yang diusung Seeking Justice berubah total dari cliche ke ranah intriguing. Memang inti cerita film ini bukan hal baru karena sudah cukup banyak film yang melibatkan organisasi misterius, mulai dari Adjustment Bureau, Edge of Darkness, hingga dwilogi reboot James Bond. 

Namun Roger Donaldson dengan lihai-nya menyajikan film ini dengan pace yang padat. Dalam durasi 105 menit saja, Seeking Justice hadir dengan tensi ketegangan yang terjaga dari awal hingga akhir, plot serta misteri yang membuat penonton penasaran, dan hebatnya, semua ini tidak didukung oleh adegan aksi yang bombastis. Beberapa jump scene yang tak terduga (saya sih kaget. haha) juga membantu menjaga tensi ketegangan, meski kadang terkesan out of place. Naskah garapan Robert Tannen juga ditulis dengan baik, di mana setiap dialog dan adegan yang disajikan tidak bertele - tele ataupun memperpanjang durasi. Performance para bintangnya juga meningkat ketika film mulai mengalir lebih dalam. Nicholas Cage cukup sukses memerankan seorang guru bahasa Inggris yang terlibat dalam situasi yang mengharuskannya memegang senjata dan membunuh orang. January Jones untungnya tidak diberi peran wanita cengeng, meski karakternya di film ini tidak memiliki banyak screen time. Sedangkan di kubu antagonis, karakter Simon yang diperankan Guy Pearce sebenarnya tipikal bad guy kebanyakan. Namun berkat bakat aktingnya, tokoh Simon menjadi setingkat di atas standard.



Tiada gadget yang tak memiliki kekurangan. Seeking Justice jauh dari sempurna. Adegan aksi-nya tipikal film - film thriller kelas B berbudget rendah : tanpa ledakan dan minim baku tembak. Meski menurut saya Roger Donaldson cukup sukses menutupi kekurangan ini. Problem kedua adalah musiknya. Astaga, rasanya film ini main comot soundtrack film action-thriller lain di mana musiknya sangat familiar dan, jujur saja, memuakkan. Selain itu, beberapa plot hole yang sebenarnya tidak terlalu mengganggu juga turut menghiasi Seeking Justice. Kekurangan lain yang juga cukup mengganggu saya dari film ini adalah endingnya. Setelah dibuat penasaran dan tegang tak henti - hentinya, Seeking Justice malah ditutup dengan ending yang sangat sangat biasa dan membuat saya agak bete. Hahaha. Padahal saya sangat berharap film ini ditutup dengan twist ending tak terduga atau paling tidak, benar - benar surprise. Oh benar saja, 2 detik sebelum credit title, saya dibuat melongo. 
Overall, Seeking Justice adalah film thriller yang sangat menghibur dan termasuk dalam spesies film langka karena berhasil membuat saya tidak melirik jam tangan. Bagi yang ingin menghabiskan waktu luang dan sudah menyaksikan Real Steel, Seeking Justice siap membayar lunas uang tiket anda.  


You Might Also Like

0 comments

Just do it.