The Twilight Saga : Breaking Dawn Part 1 (2011) Review

12/05/2011 03:46:00 PM


Apakah sutradara pemenang Oscar, Bill Condon akhirnya berhasil meningkatkan derajat kualitas The Twilight Saga di mata kritikus dan penonton awam, atau hanya mengulang kembali kegagalan sineas - sineas terdahulu? 
[P.S : sebenarnya saya sudah cukup lama menyaksikan film ini. Namun karena ada halangan, review-nya baru sempat saya tulis sekarang]


The Twilight Saga sudah tidak diragukan lagi, adalah “Justin Bieber”nya dunia perfilman. Bagaimana tidak, penikmat film / musik Justin Bieber tersebut dibagi menjadi 2 kubu yang berbeda : orang - orang yang sangat membencinya dan fans berat yang tingkat kealay-annya sudah tidak karu - karuan. Lucunya, Twilight Saga adalah satu - satunya franchise film fantasy yang berhasil mengekor kesuksesan finansial saga Harry Potter. Sayangnya, Twilight saga tidak pernah dicintai kritikus. Tercatat, ketiga film twilight sebelumnya tidak pernah mendapatkan rating ‘fresh’ di Rottentomatoes. Salah satu penyebab utamanya adalah akting para bintang utamanya yang buruk serta alur ceritanya yang lambat dan bertele - tele. Tidak terima terus dicaci - maki, Summit terus mengganti jajaran sutradaranya, dan untuk seri terakhir ini mereka menggaji Bill Condon, sutradara yang telah meraih piala Oscar! Tidak hanya itu, para crew di balik Breaking Dawn juga tidak main - main; mulai dari costume designer, ahli make - up, visual effects hingga cinematographer-nya sudah banyak terlibat di film - film blockbuster kelas A; akibatnya, budget film ini membengkak berkali - kali lipat hingga menembus angka $268 million untuk produksi 2 film. Pertanyaannya sekarang, apakah usaha Summit ini akhirnya membuahkan hasil yang memuaskan? Atau film ini juga terpuruk hingga mereka harus menyewa David Fincher dan Christopher Nolan untuk mereboot twilight saga beberapa tahun lagi?

Ya dan tidak. Bill Condon dan timnya memang terlihat bekerja sangat keras di film ini. Namun keputusan Summit untuk memecah film ini menjadi 2 bagian membuat usaha mereka terlihat sia - sia. Bagaimana tidak, separuh awal dari novelnya hanya menceritakan pernikahan dan seks liar; dan semua itu terpaksa harus diceritakan dalam film Breaking Dawn Part 1 ini. Bagi yang belum familiar, film bagian awal ini menceritakan bahwa Bella (Kirsten Stewart) dan Edward (Robert Pattinson) akhirnya memutuskan untuk menikah. Acara pernikahan pun diadakan di rumah keluarga Cullen dan berlangsung dengan lancar, meski Jacob (Taylor Lautner) tidak menyetujui pernikahan tersebut karena melanggar hukum kaum Werewolf. Namun di balik itu, ia juga menyimpan rasa cemburu yang mendalam. Seperti kebanyakan pasangan normal, seusai pernikahan, Edward dan Bella honeymoon ke Brazil, lalu menginap di villa keluarga Cullen di sebuah pulau kecil. Di sana mereka melakukan hubungan suami - istri yang sangat liar dan kasar hingga menghancurkan seisi kamar. Beberapa hari kemudian, Bella mengandung bayi Vampire yang akhirnya malah memicu perang antara kaum Werewolf dan Vampire.

Satu jam awal dari film ini mungkin adalah scene paling membosankan yang pernah saya saksikan dari sebuah film bergelar ‘blockbuster’. Tidak akan ada adegan aksi bertabur special effects yang memukau, ataupun plot menarik yang membuat para penonton tidak mengalihkan pandangannya dari layar. Bahkan untuk film romance, tidak ada adegan romantis yang membuat penonton tersenyum tiada henti. Lantas ada apa di paruh satu jam ini? Begini : Undangan pernikahan disebarkan ke semua kerabat dan teman - Jacob marah lalu buka baju lari-lari - Edward dan Bella menikah dengan acara pernikahan yang hambar - mereka honeymoon ke Brazil, berhubungan sex yang sangat liar setiap hari - main catur - sex - catur - sex - catur - sex dst. Belum berhenti sampai di situ, duo cowok - cowok tidak berbakat, Edward dan Jacob kembali menghadirkan performance yang datar dan tanpa ekspresi. O yeah, mereka memang berusaha untuk marah, berteriak - teriak dan menangis, but oh well, bahkan sutradara pemenang Oscar dan sukses membawa 6 aktor - aktris yang diarahkannya meraih nominasi Oscar tidak berhasil mencambuk Robert Pattinson dan Taylor Lautner untuk berakting setingkat di atas standard ‘Razzie Award’, sebuah penghargaan tahunan untuk film dan akting terburuk. Selain itu, ada beberapa hal - hal konyol dan amatiran yang tersebar di sepanjang film yang membuat para penonton tersenyum mencemooh. Apakah ini salah Bill Condon? Well, sepertinya tidak. Karena ini memang sudah jelek dari sumbernya sendiri. Ya, sebagai pembaca semua novel twilight, saya memang menyadari bahwa novelnya sendiri terlalu bertele - tele dengan dialog - dialognya sok puitis; meski sebenarnya inti kisahnya cukup bagus dan menarik. (Saya sangat senang mengoleksi hal - hal yang populer, jadi yah.. well..)
Namun di luar segala keburukan yang terpaksa untuk dipertahankan tersebut, ada beberapa kelebihan yang membuat saya terperangah. Jika satu jam awal Breaking Dawn part 1 ini sangat datar dan membosankan, satu jam akhir film ini cukup menegangkan dan absorbing, di mana pertikaian antar werewolf dan keluarga Cullen memanas akibat bayi yang dikandung Bella dianggap telah melanggar perjanjian mereka. Acungan jempol juga layak dilayangkan ke team visual effects dan make up karena tampilan CGI para werewolf jauh lebih baik. Mereka juga berhasil menyulap wajah dan tubuh Bella. Yeah, penampilan Bella ketika mengandung tampak meyakinkan di film ini dan berhasil membuat para penonton miris. Permainan kamera dari cinematographer pemenang Oscar, Guillermo Navarro juga cukup baik di sini, meski tidak istimewa. Kualitas set dan costume-nya juga meningkat dari film - film sebelumnya. Akting Kristen Stewart agaknya cukup meningkat di Breaking Dawn, terutama ketika ia memasuki masa kehamilan. Hal ini bisa dimaklumi karena pada dasarnya Kristen adalah aktris berbakat apabila diarahkan oleh sutradara berkompeten. Penampilannya di Panic Room garapan David Fincher dan The Runaways bersama Dakota Fanning sudah bisa dijadikan bukti. 

Overall, ntah karena saya adalah orang yang netral terhadap Twilight Saga atau ekspetasi yang sudah minus - minus terhadap film ini, saya cukup menikmati film ini meski  jujur, The Twilight Saga : Breaking Dawn Part 1 bukanlah film yang bagus, namun juga tidak seburuk yang dikatakan kritikus dan penonton lainnya. 

You Might Also Like

0 comments

Just do it.