THE WOLF OF WALL STREET (2013) REVIEW

1/23/2014 07:18:00 PM

I've made my Oscar speech since 20 years ago.

2013 / US / Paramount Pictures / 180 Minutes / Martin Scorsese / 2.39:1 / R

Berdasarkan fakta-fakta yang ada di lapangan, film-film serius yang mengangkat tema politik dan ekonomi memang kurang diminati oleh masyarakat, dan bahkan hanya segelintir kawula pecinta film yang menyukai film-film seperti ini (kalau bukan karena ketidakfamiliaran dan minimnya pengetahuan mereka terhadap tema yang diangkat). Sebut saja Zero Dark Thirty ataupun Lincoln, film-film kaliber Oscar yang masih fresh di memori berkat uapan dan raungan para penonton awam yang seakan baru saja melalui proses perkuliahan selama dua jam tiga puluh menit yang sangat membosankan di gedung bioskop. Padahal, kedua film tersebut telah melalui riset berbulan-bulan, dikerjakan dengan amat serius, dan dilakoni dengan gemilang oleh bintang-bintang Hollywood papan atas. 


So, the point is, masyarakat tidak berbondong-bodong ke bioskop untuk menyaksikan problematika dunia politik dan ekonomi yang sedang hits saat ini, apalagi yang berasal dari belahan dunia lain yang tidak kita mengerti betul. Masyarakat berbondong-bondong ke bioskop dengan ekspetasi bahwa mereka akan dihibur dengan hingar-bingar ledakan dan humor-humor jenaka yang mengocok perut; bukan dicekoki dengan materi politik dan ekonomi yang membuat kepala mereka semakin jenuh. 

Pokok pikiran inilah yang sekiranya memotivasi Martin Scrosese dan Leonardo DiCaprio untuk membuat film kolaborasi terbaru mereka, The Wolf of Wall Street, seasik dan semainstream mungkin agar dapat dikonsumsi oleh khalayak umum, meski elemen judul “Wall Street” memang cukup mengintimidasi dan membuat orang langsung tidak bersemangat karena mereka sudah terlanjur membayangkan film ekonomi penuh dialog memusingkan seperti, well, Wall Street-nya Gordon Gekko dan Margin Call. 


Diadaptasi oleh Terence Winter (Broadwalk Empire) dari buku berjudul sama karangan Jordan Belfort, The Wolf of Wall Street berkisah tentang sepak terjang Jordan Belfort (Leonardo DiCaprio) membangun kerajaan pialang sahamnya dari nol sampai puncak kesuksesan luar biasanya bersama dengan sahabat karib sekaligus tangan kanannya, Donnie Azoff (Jonah Hill), lalu Rugrat (P.J Byrne), Kenneth Choi (Chester Ming), dan mentornya, Mark Hanna (Matthew McConaughey). Hanya saja, kekayaan berlimpah itu membuat Jordan dan antek-anteknya semakin serakah dan sering berbuat onar dengan pesta narkoba, seks, perempuan-perempuan seksi, dan bahkan mengkorupsi uang para kliennya yang sukses menarik perhatian agen FBI Patrick Denham (Kyle Chandler) untuk menyelidikinya.

Keputusan Martin Scorsese dan Terence Winter untuk membuat The Wolf of Wall Street bernuansa dark comedy penuh satir yang brutal, keras, dan luar biasa lucu daripada thriller dunia ekonomi (yang sebenarnya juga kemahiran Scorsese) merupakan sebuah keputusan yang tepat. Film ini menjadi lebih mudah diakses dan dimengerti oleh masyarakat dewasa yang membutuhkan hiburan, tanpa harus sekalipun mengkhianati esensi dalam jalinan kisahnya yang panjang dan penuh sindiran sosial terhadap konglomerat-konglomerat dan pialang-pialang saham yang begitu mendewakan uang; betapa para kaum berdasi dan berambut licin itu bisa menjadi sosok yang begitu kejam, egois, liar dan bermoral sampah. The Wolf of Wall Street adalah ajang penampilan sisi tergelap dan kelicikan kaum berpendidikan di Amerika dalam usaha menggapai american dream mereka, apapun resiko dan dampaknya; dan Scorsese begitu berhasil menampilkannya secara sempurna. 


Sayangnya, usaha Scorsese ini tidak didukung oleh tata editing yang baik. Durasi sepanjang 180 menit-nya itu terlalu banyak diisi dengan adegan-adegan komedi, side story yang tidak begitu penting, dan pesta-pora urakan yang semakin lama malah semakin kehilangan keasikannya. Adegan-adegan ini, lambat laun, justru mulai mengganggu pace film serta menutupi alur cerita utama dan permasalahan utama yang dihadapi oleh para karakternya, seperti, let’s say, sosok Jordan Belfort yang dikejar-kejar oleh FBI dan bagaimana ia menutupi jejaknya. Pendek kata, The Wolf of Wall Street mengalir terlalu lama, dan gap dalam durasinya itu terlalu banyak diisi dengan adegan bertele-tele yang sebenarnya tidak terlalu mengganggu alur cerita apabila dihilangkan.

Untung saja, di luar beragam tanggapan positif dan negatif yang meliputi film ini, tidak ada yang bisa menyangkal kehebatan Leonardo DiCaprio dalam melakoni evolusi dalam karakter Jordan Belfort, dari sosok pemuda alim yang berambisi untuk kaya raya menjadi sosok pialang saham sukses yang hidupnya sangat bermasalah, dengan begitu sempurna, nyaris tanpa cela. Penampilannya di sini mungkin bisa dibilang sebagai penampilannya yang paling lepas, paling gila, dan paling berani yang pernah ditampilkan oleh dirinya. Saya pribadi tidak habis pikir bagaimana sosok yang penuh kharisma dalam diri Leo bisa menghiraukan saraf kemaluannya untuk tampil brutal tanpa malu dan urakan seperti itu. Jonah Hill, si seksi Margot Robbie yang menggoda, beserta dengan aktor-aktris pendukungnya seperti Matthew McConaughey dan Jean Dujardin pun secara mengejutkan berhasil mengimbangi performa kaliber Oscar Leonardo DiCaprio yang begitu mendominasi. Sebagai hasilnya, mereka sukses menciptakan kesinambungan chemistry antar karakter yang solid, membuat film ini memiliki salah satu cast ensemble terkuat tahun lalu. Semua ini, tentu saja, berkat directing luar biasa dari seorang legenda Martin Scorsese. 


Overall, The Wolf of Wall Street adalah sebuah potret kehidupan hedonisme para bajingan-bajingan Wall Street yang disuguhkan dengan tata sinematografi yang apik, seni peran yang luar biasa, dialog-dialog cerdas, dan kemasan satir yang luar biasa lucu, mudah diikuti, dan tidak pernah menjenuhkan meski tema yang diangkatnya tidak jauh dari dunia ekonomi dan politik. Hanya saja, sebagai sebuah kolaborasi maut antara Martin Scorsese dan Leonardo DiCaprio, The Wolf of Wall Street mungkin tidak sepadat dan seserius yang anda harapkan.[]

Rating :  ½
Follow my twitter : @Elbert_Reyner


You Might Also Like

0 comments

Just do it.